Tuesday 20 December 2011

Sejarah Pembentukan BPUPKI



Sejarah Pembentukan BPUPKI yaitu memasuki awal tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang Pasifik semakin terdesak. Angkatan Laut Amerika Serikat dipimpin Laksamana Nimitz berhasil menduduki posisi penting di Kepulauan Mariana seperti Saipan, Tidian dan Guan yang memberi kesempatan untuk Sekutu melakukan serangan langsung ke Kepulauan Jepang. Sementara posisi Angkatan Darat Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur melalui siasat loncat kataknya berhasil pantai Irian dan membangun markasnya di Holandia (Jayapura). Dari Holandia inilah Mac Arthur akan menyerang Filipina untuk memenuhi janjinya. Di sisi lain kekuatan Angkatan Laut Sekutu yang berpusat di Biak dan Morotai berhasil menghujani bom pada pusat pertahanan militer Jepang di Maluku, Sulawesi, Surabaya dan Semarang. Kondisi tersebut menyebabkan jatuhnya pusat pertahanan Jepang dan merosotnya semangat juang tentara Jepang. Kekuatan tentara Jepang yang semula ofensif (menyerang) berubah menjadi defensif (bertahan). Kepada bangsa Indonesia, pemerintah militer Jepang masih tetap menggembar gemborkan (meyakinkan) bahwa Jepang akan menang dalam perang Pasifik.

Pada tanggal 18 Juli 1944, Perdana Menteri Hideki Tojo terpaksa mengundurkan diri dan diganti oleh Perdana Menteri Koiso Kuniaki. Dalam rangka menarik simpati bangsa Indonesia agar lebih meningkatkan bantuannya baik moril maupun materiil, maka dalam sidang istimewa ke-85 Parlemen Jepang (Teikoku Ginkai) pada tanggal 7 September 1944 (ada yang menyebutkan 19 September 1944), Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa Negara-negara yang ada di bawah kekuasaan Jepang diperkenankan merdeka “kelak di kemudian hari”. Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan istilah Deklarasi Kaiso. Pada saat itu, Koiso dianggap menciptakan perdamaian dengan Sekutu, namun ia tak bisa menemukan solusi yang akan menenteramkan militer Jepang atau Amerika.

Sejak saat itu pemerintah Jepang memberi kesempatan pada bangsa Indonesia untuk mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan Hinomaru (bendera Jepang), begitu pula lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo. Di satu sisi ada sedikit kebebasan, namun di sisi lain pemerintah Jepang semakin meningkatkan jumlah tenga pemuda untuk pertahanan. Selain dari organisasi pertahanan yang sudah ada ditambah lagi dengan organisasi lainnya seperti: Barisan Pelajar (Suishintai), Barisan Berani Mati (Jikakutai) beranggotakan 50.000 orang yang diilhami oleh pasukan Kamikaze Jepang yang jumlahnya 50.000 orang (pasukan berani mati pada saat penyerangan ke Pearl Harbour).

Pada akhir 1944, posisi Jepang semakin terjepit dalam Perang Asia Timur Raya dimana Sekutu berhasil menduduki wilayah-wilayah kekuasaan Jepang, seperti Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Kepulauan Marshall, bahkan Kepulauan Saipan yang letaknya sudah sangat dekat dengan Jepang berhasil diduduki oleh Amerika pada bulan Juli 1944. Sekutu kemudian menyerang Ambon, Makasar, Manado, Tarakan, Balikpapan, dan Surabaya.

Menghadapi situasi yang kritis itu, maka pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah pendudukan Jepang di Jawa yang dipimpin oleh Panglima tentara ke-16 Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tujuan pembentukan badan tersebut adalah menyelidiki dan mengumpulkan bahan-bahan penting tentang ekonomi, politik dan tata pemerintahan sebagai persiapan untuk kemerdekaan Indonesia.

Walaupun dalam penyusunan keanggotaan berlangsung lama karena terjadi tawar menawar antara pihak Indonesia dan Jepang, namun akhirnya BPUPKI berhasil dilantik 28 Mei 1945 bertepatan dengan hari kelahiran Kaisar Jepang, yaitu Kaisar Hirohito. Adapun keanggotaan yang terbentuk berjumlah 67 orang dengan ketua Dr. K.R.T. Radjiman Widiodiningrat dan R. Suroso dan seorang Jepang sebagai wakilnya Ichi Bangase ditambah 7 anggota Jepang yang tidak memiliki suara. Ir. Soekarno yang pada waktu itu juga dicalonkan menjadi ketua, menolak pencalonannya karena ingin memperoleh kebebasan yang lebih besar dalam perdebatan, karena biasanya peranan ketua sebagai moderator atau pihak yang menegahi dalam memberi keputusan tidak mutlak.

Pada tanggal 28 Mei 1945 dilangsungkanlah upacara peresmian BPUPKI bertempat di Gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon Jakarta, dihadiri oleh Panglima Tentara Jepang Wilayah Ketujuh Jenderal Itagaki dan Panglima Tentara Keenam Belas di Jawa Letnan Jenderal Nagano. BPUPKI mulai melaksanakan tugasnya dengan melakukan persidangan untuk merumuskan undang-undang dasar bagi Indonesia kelak. Hal utama yang dibahas adalah dasar negara bagi negara Indonesia merdeka.

Selama masa tugasnya BPUPKI hanya mengadakan sidang dua kali. Sidang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 di gedung Chou Sang In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada sidang pertama, Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat selaku ketua dalam pidato pembukaannya menyampaikan masalah pokok menyangkut dasar negara Indonesia yang ingin dibentuk pada tanggal 29 Mei 1945.

Ada tiga orang yang memberikan pandangannya mengenai dasar negara Indonesia yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Supomo dan Ir. Soekarno.

Orang pertama yang memberikan pandangannya adalah Mr. Muhammad Yamin.
Dalam pidato singkatnya, ia mengemukakan lima asas yaitu :

a. peri kebangsaan

b. peri ke Tuhanan

c. kesejahteraan rakyat

d. peri kemanusiaan

e. peri kerakyatan

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo dalam pidatonya mengusulkan pula lima asas yaitu :

a. persatuan

b. mufakat dan demokrasi

c. keadilan social

d. kekeluargaan

e. musyawarah

Pada sidang hari ketiga tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima dasar negara Indonesia merdeka yaitu :

a. Kebangsaan Indonesia

b. Internasionalisme dan peri kemanusiaan

c. Mufakat atau demokrasi

d. Kesejahteraan social

e. Ketuhanan yang Maha Esa.

Kelima asas dari Ir. Soekarno itu disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi Tri Sila atau Tiga Sila yaitu :

a. Sosionasionalisme

b. Sosiodemokrasi

c. Ketuhanan yang berkebudayaan

Bahkan menurut Ir. Soekarno Trisila tersebut di atas masih dapat diperas menjadi Eka sila yaitu sila Gotong Royong.

Meskipun sudah ada tiga usulan tentang dasar negara, namun sampai 1 Juni 1945 sidang BPUPKI belum berhasil mencapai kata sepakat tentang dasar negara. Maka diputuskan untuk membentuk panitia khusus yang diserahi tugas untuk membahas dan merumuskan kembali usulan dari anggota, baik lisan maupun tertulis dari hasil sidang pertama. Panitia khusus ini yang dikenal dengan Panitia 9 atau panitia kecil yang terdiri dari :

1. Ir. Soekarno (ketua)

2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)

3. KH. Wachid Hasyim (anggota)

4. Abdoel Kahar Muzakar (anggota)

5. A.A. Maramis (anggota)

6. Abikoesno Tjokrosoeyoso (anggota)

7. H. Agus Salim (anggota)

8. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)

9. Mr. Muhammad Yamin (anggota).

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan pertemuan. Hasil dari pertemuan tersebut, direkomondasikan Rumusan Dasar Negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisi

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;

3. Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Coba Anda perhatikan rumusan piagam Jakarta point pertama, konsep inilah yang pada akhirnya mengalami perubahan karena adanya kritik bahwa bangsa Indonesia majemuk dalam beragama. Di sisi lain konsep tersebut saat ini sedang gencar-gencarnya untuk diusahakan kembali yaitu upaya untuk menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya mengingat agama Islam merupakan mayoritas di Indonesia.

Setelah piagam Jakarta berhasil disusun, BPUPKI membentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Ini merupakan sidangnya yang ke-2 pada tanggal 10 – 16 Juli 1945. Panitia ini diketuai oleh Ir. Soekarno dan beranggotakan 19 orang. Pada sidang tanggal 11 Juli 1945, panitia Perancang UUD membentuk panitia kecil yang beranggotakan 7 orang.

a. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)

b. Mr. Wongsonegoro

c. Mr. Achmad Soebardjo

d. A.A. Maramis

e. Mr. R.P. Singgih

f. H. Agus Salim

g. Dr. Sukiman.

Tugas panitia kecil adalah menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang telah disepakati. Selain panitia kecil di atas, adapula panitia Penghalus bahasa yang anggotanya terdiri dari Prof. Dr. Mr. Soepomo, Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djayadiningrat.

Tanggal 13 Juli 1945 panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD.

Pada tanggal 14 Juli 1945 dalam rapat pleno BPUPKI menerima laporan panitia perancang UUD yang dibacakan Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tiga masalah pokok yaitu :

a. pernyataan Indonesia merdeka

b. pembukaan UUD

c. batang tubuh UUD.

Konsep pernyataan Indonesia merdeka disusun dengan mengambil tiga alenia pertama piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat piagam Jakarta.

Hasil kerja panitia perancang UUD yang dilaporkan akhirnya diterima oleh BPUPKI. Kejadian ini merupakan momentum yang sangat penting karena disinilah masa depan bangsa dan negara dibentuk.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI atau Dokurtsu Junbi Cosakai dibubarkan oleh Jepang karena dianggap terlalu cepat mewujudkan kehendak Indonesia merdeka dan mereka menolak adanya keterlibatan pemimpin pendudukan Jepang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal itu pula dibentuk PPKI atau Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah 21 orang terdiri dari 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari Tionghoa.

Sponsored by

Saturday 17 December 2011

Hilangnya Moral dan Etika Bangsa Indonesia



Bangsa Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat radikal disegala segi kehidupan. Baik dalam dimensi politik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara seakan-akan terputus dengan sejarah masa lalu, dimana nilai-nilai ideologi bangsa, sosial, budaya, dan nilai-nilai agama kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya, kebinekaan dalam kesatuan mulai memudar, dan pembangunan spiritual serta material belum mencapai tujuan yang diinginkan karena berjalan tersendat-sendat. Ditambahlagi dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, era globalisasi, teknologi dan sistem demokrasi membuat moral rakyat Indonesia semakin menurun.

Sistem demokrasi saat ini sudah menjadi pintu kebebasan bagi semua komponen bangsa terutama rakyat untuk berekspresi dan mengutamakan hak dalam segala ruang. Tidak hanya politik, demokrasi juga menyentuh ranah sosial, di mana hak seseorang tidak boleh diganggu gugat oleh orang lain meskipun hak itu tidak dibenarkan menurut adat dan budaya lokal setempat namun demokrasi melegalkannya tanpa harus memahami adat istiadat setempat. Serta kemudahan teknologi yang dapat kita manfaatkan saat ini ternyata justru malah membuat kita semakin renggang, nilai sosial dan budaya yang harusnya bisa kita lestarikan kini semakin terhapuskan oleh teknologi. Hal itu pula yang menjadikan masyarakat berubah secara drastis mengenai kehidupan sosial dan budaya mereka

Kondisi seperti ini memicu masyarakat untuk bertindak anarkis dalam menampakan antisosial dan antikemapanan, berdemonstrasi dengan cara merusak. Para pejabat menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi dengan cara korupsi atau menyelewengkan amanahnya. Tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, maraknya penggunaan dan peredaran narkoba dan pornografi yang mengancam masa depan remaja sebagai generasi masa depan bangsa. Para pengadil yang diadili, aparat keamanan yang diamankan, serta para politisi dan elit kekuasaan yang tidak peduli dengan etika berpolitik dan nasib rakyatnya yang kesusahan. Kondisi tersebut merupakan cerminan rakyat Indonesia sekarang ini, begitu lemahnya kesadaran berbangsa dan bernegara serta moralitas bangsa yang buruk.

Seperti contoh, dalam kehidupan bermasyarakat para generasi muda sudah tidak lagi menghormati dan menghargai orang yang lebih dewasa (orang yang seharusnya mereka hormati) hanya karena faktor kekuasaan dan kekayaan. Ini adalah tanda-tanda kecacatan etika dan moral. Dan dalam kasus korupsi, lemahnya nilai kejujuran dan sikap mementingkan diri sendiri pada setiap individu masyarakat membuat tindakan korupsi sering terjadi, tindakan korupsi bukan hanya terjadi di kalangan elit politik tetapi juga terjadi di masyarakat. Seperti dalam kasus korupsi yang terjadi dalam politik, ketika partai politik yang saling melindungi anggotanya yang melakukan korupsi dengan dalih keamanan negara (pengelola negara) dan rasa kasihan terhadap sesama kader. Ini adalah pemikiran yang benar-benar menistakan rakyat, padahal rakyatlah yang sebenarnya merupakan pemilik kekayaan negara. Para politisi lupa bahwa mereka dipilih oleh rakyat untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan diri sendiri (memperkaya diri sendiri). Ini artinya melindungi koruptor dengan kekuatan politik, yang merupakan indikator dari bangkrutnya etika dan moral para politisi dalam berpolitik di negeri ini.

Sponsored by

Wednesday 14 December 2011

Bergaya 'Suster Ngesot' Malah Kena Tendang



Sungguh malang nasib Mega Tri Pratiwi (20 tahun). Berniat menakut-nakuti temannya dengan berdandan ala hantu “suster ngesot”, ia malah kena tendang di wajah, masuk rumah sakit dan kini berniat menuntut satpam yang melakukan hal itu.

Peristiwanya sendiri terjadi pada Sabtu (10/12) dinihari WIB, di apartemen Galeri Ciumbuleuit , Bandung. Rekaman video CCTV yang dirilis pihak apartemen menunjukkan, Mega saat itu berdandan ala suster ngesot, menunggu di depan lift bermaksud untuk menakut-nakuti temannya, Fitra, yang tengah berulang tahun.

Alih-alih mendapati Fitra menjerit ketakutan, yang diterima Mega adalah tendangan di wajah. Yang melakukannya adalah Sunarya (37), satpam di apartemen tersebut. Dalam video dari CCTV yang dirilis pengelola apartemen, Sunarya yang berdiri di dekat pintu lift bergerak menendang Mega di saat penumpang lift yang lain tengah ketakutan.

Mega dan keluarganya kemudian menuntut Sunarya dengan tuduhan penganiayaan. Mereka bahkan menolak upaya berdamai. Hal inilah yang kemudian memancing reaksi keras dari sebagian pengguna Internet di Indonesia.

Di Facebook, kini muncul gerakan bertajuk “1.000.000 Facebookers mendukung SATPAM penendang "Suster Ngesot"”, beberapa waktu setelah kasus tersebut mencuat di media. Hingga Selasa (13/12/2011) siang pukul 11.41 WIB, gerakan tersebut diikuti oleh 233 anggota.

Di dinding gerakan tersebut, kebanyakan anggota mengecam aksi Mega yang menyamar menjadi suster ngesot untuk menakut-nakuti rekannya dan mendukung tindakan Sunarya yang dianggap sebagai refleks semata.

“Jangan mentang2 bnyk uang smaunya ja,ayo dukung pa satpam,” demikian tulis seorang anggota bernama Adyn Mdn. “Seharusnya pihak Apartemen memberikan penghargaan kepada Pak Satpam pembasmi ababil,” kata anggota lain bernama Yelli Yoselino.

Update

Satpam Sunarya yang tidak menyangka bahwa insiden yang melibatkan dirinya tersebut akan jadi kasus yang ramai mengaku syok. " Dia tidak menyangka saja, kejadiannya akan seperti ini. Dalam waktu singkat jadi sorotan publik. Kami sendiri mengkhawatirkan keselamatan dia. Jadi, untuk sementara belum bisa ditemui," demikian pernyataan pengelola apartemen seperti dikutip TribunNews.

Belakangan, seperti dikutip detikcom, seorang rekan Sunarya mengatakan bahwa pria 37 tahun itu pergi ke kampung halamannya di Garut untuk menenangkan diri.

Dari pihak Mega, tidak ada tanda-tanda bahwa mereka mau menyelesaikan kasus ini dengan damai walaupun aparat di Poltabes Bandung berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak.


Sumber: http://id.berita.yahoo.com
Sponsored by

Saturday 10 December 2011

Babushka Lady Terkait Pembunuhan John F. Kennedy

Terkait pembunuhan presiden Amerika Serikat John F. Kennedy yaitu wanita Babushka atau Babushka Lady sangat ramai dibicarakan. Babushka Lady adalah nama julukan yang diberikan kepada sosok wanita misterius yang terlihat ketika terjadinya peristiwa pembunuhan itu terjadi. Wanita tersebut terlihat memakai jas panjang berwarna coklat, dan scarf di kepala, seperti yang biasa dipakai oleh para wanita lanjut usia di Russia.

Scarf tersebutlah yang menjadi awal julukan babushka yang dilekatkan kepadanya (babushka merupakan bahasa Russia untuk nenek atau wanita lanjut usia). Wanita tersebut terlihat memegang sesuatu di depan wajahnya, yang diyakini merupakan kamera.


Dia terlihat di beberapa foto yang mengabadikan lokasi kejadian pembunuhan tersebut. Bahkan setelah keramaian telah berakhir, ia masih terlihat di sana dan memotret dengan kameranya. Beberapa saat kemudian, FBI meminta melalui pengumuman publik agar Babushka Lady menyerahkan hasil jepretan kameranya (mungkin untuk keperluan penyelidikan), namun ia tidak pernah muncul lagi ke depan umum.

Pada tahun 1970, seorang wanita bernama Beverly Oliver, mengaku sebagai Babushka Lady. Namun karena ceritanya mengandung banyak kejanggalan dan inkonsistensi, ia dipercaya sebagai sosok palsu yang ingin numpang tenar Hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa sosok Babushka Lady yang sebenarnya, apa yang ia lakukan di tempat kejadian pembunuhan dan alasan ia tidak mau menyerahkan hasil jepretan kameranya.

Setelah peristiwa pembunuhan Kennedy terjadi, polisi dan FBI meminta masyarakat menyerahkan semua rekaman dan foto yang diambil di lokasi perisitiwa untuk mencari petunjuk lebih lanjut. Salah satu rekaman terbaik mengenai peristiwa ini didapat dari seorang warga bernama Abraham Zapruder. Rekaman Zapruder inilah yang kemudian menunjukkan adanya seorang wanita misterius yang dijuluki Babushka Lady.

Di dalam film tersebut, Babushka Lady terlihat sedang berdiri di atas rumput di antara Elm street dan Main street sambil memegang kamera. Ia juga sempat terekam dalam beberapa film dan foto lainnya yang diambil di Dealey Plaza tanggal 22 November 1963.

Beberapa saat setelah penembakan itu, ia terlihat bergabung dengan kerumunan massa dan naik ke Grassy Knoll (bukit kecil berumput) di dekat situ. Terakhir ia terlihat ketika sedang berjalan ke arah timur Elm Street. Dan sejak itu, wanita misterius itu dan foto-foto yang mungkin diambilnya tidak pernah muncul ke publik.

Polisi dan FBI menyimpulkan kalau wanita ini mungkin bisa menjadi saksi kunci dan foto-foto yang diambilnya mungkin bisa memberikan informasi tambahan mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Dealey Plaza saat itu.

FBI lalu mendatangi seluruh toko cuci cetak foto di wilayah itu dan menanyakan apakah ada wanita yang telah meminta foto-foto pembunuhan Kennedy dicuci cetak yang diambil dari sudut pengambilan Babushka Lady.

Dari penyelidikan ini, sebuah petunjuk muncul dari seorang teknisi Kodak bernama Jack Harrison. Ia mengatakan bahwa pada tanggal 22 November 1963, seorang wanita berambut merah berumur 30an meminta dia untuk memproses foto-foto yang mirip dengan angle pengambilan gambar Babushka Lady. Namun foto-foto tersebut ternyata kabur dan tidak jelas. Tidak bisa diketahui dengan pasti apakah wanita tersebut adalah Babushka Lady.


Beberapa tahun setelah pembunuhan itu, Identitas Babushka Lady masih gelap.

Lalu, pada tahun 1970, Sebuah petunjuk baru muncul ke permukaan ketika seorang peneliti kasus-kasus pembunuhan ternama bernama J Gary Shaw bertemu dengan seorang perempuan muda bernama Beverly Oliver setelah selesai kebaktian di sebuah gereja kecil di Joshua, Texas, pada November 1970. Oliver mengaku kepada Gary kalau dirinya adalah Babushka Lady yang sebenarnya.

Beverly Oliver lahir tahun 1946 dan bekerja sebagai penari dan penyanyi di Colony Club yang terletak di sebelah Carousel Club yang dimiliki oleh Jack Ruby. Jack Ruby, adalah pria yang membunuh Lee Harvey Oswald, tersangka utama pembunuh Kennedy, pada tanggal 24 November 1963, hanya dua hari setelah Kennedy Terbunuh. Jack mengaku membunuh Oswald karena ingin membalas dendam atas kematian Kennedy. Jack Ruby sendiri meninggal di penjara tahun 1967 karena kanker paru-paru.

Oliver mengaku, pada saat kejadian, ia sedang berdiri di selatan Elm Street ketika John F Kennedy terbunuh. Dalam posisi itu, boleh dibilang ia adalah salah satu saksi yang berada paling dekat dengan Kennedy.

Sponsored by

Monday 5 December 2011

Menjelang Wafatnya Soekarno "The Missing Files"



Beberapa waktu lalu mantan presiden kedua kita telah meninggal dunia dengan menyisakan berbagai macam kontroversi di sekitarnya.Berbagai macam cerita dan misteri belum terungkap semasa beliau menjabat sebagai presiden RI.

Yang menarik yang saya cermati dari hal ini yaitu perlakuan yg berbeda disaat presiden pertama kita Soekarno sakit dengan Suharto yang saat ini telah meninggal dunia.tidak ada maksud apa-apa saya membuat tulisan ini.saya juga bukan sukarnois atau suhartois.saya menganggap keduanya orang yang telah berjasa bagi bangsa Indonesia dengan segala bumbu-bumbunya. Saya menganggap mereka sebagai seorang mantan presiden RI,no more or less.

Disni saya ingin berbagi cerita yang saya dapat disaat sakitnya presiden pertama kita Ir Soekarno.


Menjelang Wafatnya sang Proklamator (1)
JAKARTA – Sembilan buku besar tertumpuk rapih di salah satu ruangan di rumah Rachmawati Soekarnoputri, Jl. Jati Padang Raya No. 54 A, Pejaten, Jakarta Selatan. Buku bertuliskan tangan itu berisi medical record (catatan medis) mantan Presiden Soekarno selama sakit di Wisma Yaso, Jakarta. Ada pula tujuh lembar kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Ini juga menjadi bukti riwayat penyakit Bung Karno. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, di jl. Kartini 14, telpon 354, Bogor. Tapi yang lebih membuat dahi ini berkernyit keras, nama pasien disamarkan. Misalnya, ada yang tertera namanya Taufan (salah seorang putra Soekarno).

Menguak peristiwa yang terjadi tahun 1965-1970 itu memang tidak mudah. Pada masa lalu membicarakan masalah ini secara terbuka menjadi hal tabu. Maka tak heran jika sekarang banyak orang, terutama generasi muda, tak mengetahui kebenaran sejarah tersebut. Namun kini, ketika semua mata dan seluruh perhatian tertumpah di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sehubungan dengan sakitnya mantan Presiden Soeharto sejak 4 Januari 2008, rasa ingin tahu tentang masa lalu pun kembali mengusik. Itu semata-mata karena Soeharto dan Soekarno sama-sama mantan kepala negara. Adalah Rachmawati Soekarnoputri, putri ketiga Soekarno, yang sangat ingin menyerahkan catatan medis ayahnya kepada pemerintah. "Ini kalau pemerintah butuh data-data pendukung dan ingin melihat dari segi kebenaran, bukan hanya cerita fiktif," tutur Rachmawati kepada SH di kediamannya, Sabtu (19/1) sore. Maklum, seorang mantan menteri Orde Baru pernah berkomentar bahwa perlakuan terhadap Soekarno ketika sakit tidak sekejam itu. "Saya tak mau gegabah. Ini bukan make up story, karena Kartono Mohamad saja (saat itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia/IDI-red), mengatakan perawatan terhadap Bung Karno seperti perawatan terhadap keluarga sangat miskin," kata Rachmawati.

Di sore hari itu, Rachmawati tidak sanggup bercerita banyak. Ia hanya tersedu sedan, hal itu sudah menggambarkan betapa getir kenangan yang dialaminya. Tetapi sebuah artikel yang pernah dimuat SH pada 15 Mei 2006, memberikan gambaran lebih lengkap. "Seorang perempuan muncul di kantor IDI di Jakarta, awal 1990-an," demikian kalimat pertama artikel tersebut. Perempuan itu ingin bertemu Kartono Mohamad untuk menyerahkan 10 bundel buku berisi catatan para perawat jaga Soekarno. Namun jauh sebelum pertemuan itu, Kartono bertemu Wu Jie Ping, dokter yang pernah merawat Soekarno di Hong Kong. Wu mengungkapkan bahwa Soekarno "hanya" mengalami stroke ringan akibat penyempitan sesaat di pembuluh darah otak saat diberitakan sakit pada awal Agustus 1965, dan sama sekali tidak mengalami koma seperti isu yang beredar. Ini menepis spekulasi bahwa Soekarno tidak akan mampu menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1965. Dan nyatanya, Soekarno tetap hadir pada peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus itu di Istana Merdeka, lengkap dengan tongkat komandonya.

Diperiksa Dokter Hewan
Setelah kembali lagi ke Jakarta, Kartono menemui Mahar Mardjono, dokter yang tahu banyak soal stroke. Rupanya Kartono tak hanya bercerita soal stroke, tapi juga rentetan kejadian yang dengan sengaja menelantarkan Soekarno. Maka bundel buku yang dibawa perempuan itu semakin menguatkan kegelisahan Kartono. Namun Indonesia di awal 1990-an, kebenaran hanya boleh ditentukan oleh penguasa. Maka bundel buku itu hanya teronggok di meja kerja Kartono selama bertahun-tahun. Hingga kemudian, krisis moneter meledak. Rakyat turun ke jalan dan Presiden Soeharto, yang telah berkuasa selama 32 tahun, dipaksa meletakkan jabatan. Indonesia berubah wajah. Kartono pun teringat onggokan buku itu. Ia bergegas ke RSPAD, rumah sakit yang mempekerjakan empat perawat di Wisma Yaso. Kartono berharap dapat menemukan mereka, agar bangsa Indonesia mendapat cerita yang lengkap tentang tahun-tahun terakhir Soekarno. Namun menemukan Dinah, Dasih, J. Sumiati, dan Masnetty ternyata bukan hal mudah. Seorang di antara mereka meninggal, sedangkan yang lain sudah pensiun.

RSPAD pun mendadak tak memiliki file atau berkas dari para perawat ini. Kartono kehilangan jejak. Upayanya untuk mencari medical record Soekarno gagal. Pihak RSPAD mengatakan bahwa keluarga Soekarno telah membawanya. Ketika ini ditanyakan kepada Rachmawati, ia hanya geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak," jawabnya lirih. Yang membuatnya semakin terenyuh, sebelum dibawa ke Jakarta, Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo yang seorang dokter hewan. Jejak ini terlihat dari berkas berkop Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi. Bahkan setelah dipindah ke RSPAD karena sakit ginjalnya semakin parah, upaya untuk melakukan cuci darah tidak dapat dilakukan dengan alasan RSPAD tidak mempunyai peralatan. Catatan medis juga menyebutkan obat yang diberikan hanya vitamin (B12, B kompleks, royal jelly) dan Duvadillan, obat untuk mengurangi penyempitan pembuluh darah perifer. Perihal tekanan darah tinggi yang juga disebutkan dalam catatan medis, juga menyisakan tanya pada diri Rachmawati. Setiap kali menjenguk sang ayah dan mencicipi makanannya, masakan selalu terasa asin. "Saya kecewa dengan semua perawatan itu. Ini sama saja dengan membiarkan orang berlalu," lanjut Rachmawati.

Seorang mantan pejabat di era Presiden Soekarno membenarkan terjadinya fakta seputar masa sakit Soekarno yang tersia-sia. "Tidak seperti sekarang ini, perawatan terhadap Soeharto. Sangat berbeda, padahal seharusnya semua mantan presiden berhak dirawat secara all out dan diongkosi oleh negara," katanya. Purnawirawan perwira tinggi militer itu juga mengungkapkan, perlakuan seragam terhadap Soekarno berasal dari sebuah instruksi. "Yang memberi instruksi ya orang yang sekarang sedang dirawat itu," katanya. Namun pria ini enggan dituliskan namanya. "Wah, kalau ditulis di koran saya pasti digangguin...," tuturnya dengan nada serius.


Menjelang Wafatnya sang Proklamator (2)
JAKARTA – Selembar foto hitam putih menguak penderitaan Soekarno ketika tergolek sakit di Wisma Yaso, Jakarta, 15 hari sebelum ia wafat. Kedua pipinya terlihat bengkak, gejala fisik pasien gagal ginjal. Matanya sedikit terbuka, tapi tanpa ekspresi. Raut wajahnya menampak kepasrahan yang begitu dalam. Soekarno terlihat berbaring di atas sofa berukuran sempit dengan sebuah bantal. Kedua tangannya dicoba ditangkupkan. Siapa sangka, pria gagah inilah sang proklamator yang mengantarkan Negara Indonesia ke pintu kemerdekaan hingga detik ini. Gambar ini dibuat secara diam-diam oleh Rachmawati Soekarnoputri bersama Guruh Soekarnoputra, 6 Juni 1970. Sebuah momentum bertepatan dengan hari ulang tahun Soekarno yang ke-69.

”Dik, ikut yuk, saya mau motret bapak,” tutur Rachmawati kepada adiknya, Guruh, kala itu. Rupanya foto tersebut kemudian dikirimkan Rachmawati ke Kantor Berita AP dan dimuat di Harian Sinar Harapan. Maka gemparlah, dan Rachmawati diinterogasi oleh Corps Polisi Militer (CPM). Rachmawati pun bertanya, ”Mengapa dilarang memotret, memangnya status Bung Karno apa?” Tetapi tak pernah ada jawaban tentang apa status Soekarno, sampai detik ini. ”Jadi semua serbasumir. Tak ada kejelasan tentang status bapak sampai bapak meninggal,” kata Rachmawati kepada SH di kediamannya di Jl. Jati Padang Raya No. 54A, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (19/1) sore.

Di saat kondisi penyakit ayahnya semakin kritis dan putra-putri ingin membesuknya, mereka tetap harus melapor dulu ke Pomdam Jaya, sehingga tidak dapat menengok setiap hari. Wisma Yaso yang terletak di Jl. Gatot Subroto, Jakarta, itu padahal merupakan kediaman istri Soekarno, yakni Dewi Soekarno. Begitu pula Soekarno sendiri, dalam kondisi sakit masih tetap harus menjalani pemeriksaan oleh Kopkamtib tiga bulan sekali. Situasi seperti itu semakin menambah kalut keluarga Soekarno, setelah sebelumnya didera cobaan bertubi-tubi. Pada pertengahan 1965, sebuah rumor mengabarkan Soekarno mengalami koma sehingga diperkirakan tidak bisa menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan Proklamasi 17 Agustus 1965. Tetapi nyatanya, Soekarno hadir pada peringatan detik-detik proklamasi tersebut di Istana Merdeka, lengkap dengan pakaian kebesaran dan tongkat komandonya. Tahun berikutnya, setelah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) diteken 11 Maret 1966, keluarga Soekarno mendapat kiriman radiogram pada tahun 1967, berupa perintah supaya mereka keluar dari Istana Bogor. Maka kemudian di tahun 1968, Soekarno pindah dari Istana Bogor ke Batu Tulis, masih di wilayah Bogor. Ternyata hawa dingin di Bogor membuat penyakit rematik Bung Karno semakin parah. Saat itu Soekarno ditangani oleh dokter Soerojo, dokter hewan. Bukti ini dikuatkan dengan dokumen riwayat penyakit Bung Karno di atas tujuh lembar kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor. Menurut Rachmawati, penanganan dokter Soerojo saat itu pun hanya bersifat insidental. Lantaran rasa sakit makin tak tertahankan, akhirnya Soekarno mengutus Rachmawati untuk menyampaikan surat permohonan kepada Soeharto agar diperbolehkan kembali ke Jakarta.

”Saya diterima Pak Harto di Cendana, menyampaikan permintaan agar bapak dipindah ke Jakarta. Saya harus menunggu jawabannya dua minggu, aduh…,” tutur Rachmawati tak habis pikir. Akhirnya, Soekarno dipindah ke Wisma Yaso di Jakarta, yang sekarang menjadi Museum Satria Mandala. Beberapa minggu kemudian dibentuklah tim dokter dengan ketua Mahar Mardjono. Tetapi karena Wisma Yaso hanya rumah biasa, tentu saja fasilitas medis yang tersedia sangat berbeda dengan jika dirawat di rumah sakit.

Tidak Cuci Darah
Hari-hari berikutnya, kondisi Soekarno menurun drastis. Seperti yang terdokumentasi dalam foto Rachmawati tersebut, pipi Soekarno sudah membengkak, pertanda mengalami gagal ginjal. Kondisi makin kritis. Hingga akhirnya pada 11 Juni 1970 mantan Presiden I RI itu dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Rupanya pindah perawatan ke rumah sakit tidak seluruhnya menyelesaikan masalah. Perawatan yang diberikan tetap tidak maksimal dan peralatan medis seadanya. Pada saat dokter memastikan harus dilakukan cuci darah, upaya satu-satunya ini tidak dapat dilaksanakan. Alasannya, RSPAD tidak memiliki peralatan untuk cuci darah. ”Ini sama saja membiarkan orang cepat berlalu...,” tutur Rachmawati. Begitu pula dengan obat-obatan, tidak tersedia di RSPAD sehingga putra-putri Soekarno membelinya sendiri di apotek di Kebayoran. ”Ada satu periode di mana saya tidak boleh menengok bapak,” ungkap Rachmawati. Dalam keadaan genting seperti itu, keluarga masih tetap tidak diizinkan tidur di rumah sakit untuk menunggui sang ayah. Mereka hanya boleh menunggu di dalam mobil di tempat parkir. Tak ada pula teman-teman yang bisa menjenguknya, kecuali Mohammad Hatta. Rachmawati mengakui, selepas tahun 1965 memang terjadi de-Soekarno-isasi. Semua hal yang berbau Soekarno harus disingkirkan sejauh mungkin. Hingga akhirnya pada 21 Juni 1970, Soekarno wafat. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Wisma Yaso dan dilepas oleh Presiden Soeharto untuk diterbangkan ke Blitar, Jawa Timur. Itulah kali pertama Soeharto melihat fisik Soekarno setelah disingkirkan dari Istana Kepresidenan. Yang menjadi inspektur upacara pada pemakaman itu Jenderal TNI M Panggabean, tanpa kehadiran Presiden Soeharto di Blitar. Mengapa pusara mantan Presiden I RI itu berada di kompleks pemakaman Desa Bendogerit, Blitar? Lokasi itu dipilihkan oleh negara dengan alasan dekat dengan makam kedua orangtua Soekarno. Pihak keluarga sebenarnya mengajukan permintaan sesuai wasiat Soekarno, yaitu dimakamkan di Batu Tulis atau di lokasi lain di Bogor. Juga ketika gaung agar Tap MPR No. 11 Tahun 1998 tentang KKN mantan Presiden Soeharto dikumandangkan kembali tatkala Soeharto sakit di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Rachmawati meminta dicabutnya Tap MPRS No. XXXIII/1967. Tap MPRS itu intinya adalah mencabut mandat MPRS dari Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. ”Secara pribadi saya berharap ada rehabilitasi. Dan Tap MPRS harus dicabut karena beban politik berbeda dengan beban pidana atau perdata,” lanjut Rachmawati. Putri ketiga Soekarno itu pun hanya geleng-geleng kepala, ketika mengetahui kondisi kesehatan Soeharto yang sedang dirawat di RSPP mulai membaik. Semua orang juga tahu, betapa luar biasa dan istimewanya fasilitas untuk Soeharto. Tetapi Rachmawati sama sekali tidak menaruh rasa dendam. Yang ia inginkan hanyalah, kebenaran sejarah.

oleh :
Wahyu Dramastuti
Copyright © Sinar Harapan

Biografi Imelda Marcos


Imelda R. Marcos (lahir di Manila, Filipina dengan nama Imelda Remedios Visitacion Romualdez, 2 Juli 1929) adalah seorang politisi Filipina dan istri dari Presiden Filipina yang kesepuluh Ferdinand Marcos. Imelda menikah dengan Ferdinand Marcos pada 1954 yang saat itu menjabat anggota DPR.

Imelda adalah politisi pertama yang terpilih sebagai anggota dari badan perancang undang-undang Filipina dalam tiga lokasi geografis (Manila, Leyte, Ilocos Norte). Pada tahun 2010, Imelda terpilih untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Filipina yang mewakili distrik kedua dari Ilocos Norte. Imelda terkadang dipanggil sebagai Kupu-kupu Baja atau Kupu-kupu Besi. Imelda seringkali diingat sebagai simbol keroyalan dari kekuasaan politik suaminya, seperti koleksi sepatunya yang berjumlah 2700 pasang.

Ketika suaminya menjadi presiden pada tahun 1965, Imelda mengambil peran aktif dalam kehidupan politik. Para Marcos menggunakan kekuasaan mereka untuk mengumpulkan kekayaan pribadi, korupsi, menyedot bantuan asing, pinjaman, dan keuntungan perusahaan domestik ke rekening bank swasta.

Selama pemilu 1986, pemberontakan rakyat memaksa Marcos ke pembuangan, dan mereka melarikan diri ke Hawaii. Akhirnya Ferdinand meninggal di pengasingan.

Hebatnya nyonya Marcos kembali ke Filipina pada tahun 1992 dan berkampanye untuk menjadi presiden. Tidak mengherankan, ia menerima hanya sebagian kecil suara.

Namun pada tahun 1995 nyonya Marcos memenangkan pemilihan DPR, mewakili kabupaten pertama di provinsi Leyte rumahnya.

Imelda Marcos memiliki tiga anak, Imee Marcos-Manotoc, Ferdinand "Bongbong" Marcos dan Irene Marcos Araneta.

Selama dia menjabat sebagai Ibu negara, Imelda Marcos sering berpergian ke seluruh dunia hanya untuk membeli sepatu. Sementara jutaan warga Filipina hidup dalam kemiskinan ekstrim. Corazon Aquino "pengganti presiden Marcos" memerintahkan warga untuk menaruh banyak sepatu Imelda Marcos di jalan sebagai simbol demonstasi pemborosan. Namun, dia kini telah membuka museum sepatu sendiri di Marikina, menyatakan "Museum ini membuat subjek ketenaran menjadi objek keindahan".

Pada bulan Desember 2000, nyonya Marcos menjalani operasi untuk mengeluarkan bekuan darah dekat otaknya, dokter mengatakan ini yang bisa membunuhnya.

Tahun berikutnya ia ditangkap dan didakwa dengan korupsi dan menimbun kekayaan secara ilegal selama rezim suaminya. Dia dihukum karena beberapa tuduhan dan dijatuhi hukuman 9-12 tahun penjara. Keyakinan ini kemudian terbalik, tapi dia masih menghadapi banyak tuduhan korupsi terkait.

Dan yang sampai saat ini diingat tentang Imelda Marcos adalah tentang hobinya berpesta dan bernyanyi, serta kegemarannya terhadap sepatu.

Sunday 4 December 2011

5 Presiden Indonesia Pernah Ditipu

1. Sejumlah ilmuan menilai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'tertipu' dalam kasus blue energy (energi biru). Seorang pria asal Nganjuk "Joko Suprapto" mengaku bisa memproduksi minyak mentah dari air. Dari biang minyak itu bisa dihasilkan bahan bakar sekelas minyak tanah hingga avtur.

Presiden SBY yakin itu merupakan sumbangan Indonesia bagi dunia, ditengah makin meroketnya harga minyak. Sementara, negara dibikin pusing tujuh keliling oleh dampak dari kenaikan itu. Sejumlah pihak termasuk para ilmuan menyesalkan informasi yang belum valid bisa diterima oleh SBY. Kabarnya Joko kini dilaporkan ke polisi.


2. Penipu 'masuk istana' ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita mulai pada tahun 1950-an, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Ada seorang yang mengaku Raja Kubu - suku anak dalam di Jambi. Tidak tanggung-tanggung dia memberi gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu Markonah.

Pasangan suami istri itu entah bagaimana prosesnya mendapat pemberitaan pers, termasuk foto-foto keduanya. Maka sejumlah pejabat negara memberikan penghormatan luar biasa pada raja dan ratu tersebut. Rupanya ada seorang pejabat yang menghubungi Presiden Soekarno dan kemudian memperkenalkannya. Di Istana, suami-istri yang sebenarnya adalah penarik becak dan pelacur itu sempat diterima sebagai tamu kehormatan di Istana Merdeka. Mereka juga diberi uang, menginap dan makan gratis di hotel-hotel mewah. Termasuk mengunjungi Kraton Yogyakarta dan Surakarta.

Kedok penipuan mereka terbongkar saat berjalan-jalan di Jakarta. Ada seorang tukang becak yang mengenali 'Raja Idrus' teman seprofesinya di Tegal. Sedang sang 'Markonah' juga terbongkar berprofesi sebagai pelacur kelas bawah di kota yang sama. Konon, keduanya bertemu disebuah warung kopi di Tegal. Kemudian sepakat untuk menjalankan aksi penipuan itu. Keistimewaan markonah selalu memakai kaca mata hitam baik siang maupun malam. Rupanya sebelah matanya picek.


3. Pada masa Soeharto, di era 1970-an, juga terjadi penipu kelas kakap. Penipunya bernama Cut Zahara Fona, asal Aceh. meski tidak tamat SD dia memiliki ide jenius. Dia yang selalu mengenakan kain batik mengklaim bahwa janin yang ada diperutnya bisa berbicara dan mengaji.

Karuan saja, kabar itu menggegerkan masyarakat, apalagi diberitakan secara luas di surat kabar dan majalah. Konon, tiras sebuah harian ibukota terdongkrak naik, karena tiap hari memuat berita tentang 'bayi ajaib' di perut Cut Zahara.

Masyarakat yang banyak berdatangan pun rela untuk menguping di perutnya yang dilapisi kain untuk mendengar 'bayi ajaib' itu berbicara atau mengaji. bukan hanya rakyat biasa, ada juga pejabat yang meyakininya. Termasuk Wakil Presiden Adam Malik yang mengundang Cut Zahara ke Istana Wapres. Bahkan, Menteri Agama KH Mohamad Dachlan termasuk orang yang meyakininya. Untuk meyakininya ia menyatakan bahwa imam Syafi'ie selama tiga tahun berada di kandungan ibunya.

Cut Zahara Fona dan suaminya pernah diperkenalkan oleh Sekdalopbang (Sekretaris Pengenadlian Pembangunan) Bardosono kepada Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Perkenalan ini dilakukan di Bandara Kemayoran setelah keduanya tiba dari lawatan luar negeri. Tapi rupanya Ibu Tien termasuk orang yang kurang yakin terhadap 'bayi ajaib-nya' Cut Zahara Fona. Apalagi wanita Aceh itu menolak ketika hendak diperiksa diRSCM.

Konon, Ibu Tienlah yang menggeledah dan mendapatkan bahwa bicara dan mengaji itu hanya berasal dari tape recorder kecil yang disisipkan di perut Cut Zahara. Kala itu memang belum banyak perekam suara sekecil milik Cut.

Meskipun kedoknya terbongkar, 'bayi ajaib' tersebut bukan hanya mendapat perhatian masyarakat Indonesia, tapi juga dunia Internasional. Hingga ada permintaan dari Pakistan agar Cut dan suaminya berkunjung kesana. Bahkan, ada yang meramal 'bayi ajaib' itu bila lahir akan menjadi Imam Mahdi.


4. Setelah tidak terdengar kasus Istana pada masa Presiden BJ Habibie, yang memang pendek masa jabatannya, pada masa Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) kembali terjadi penipuan yang mengaitkan Istana Negara. Pelakunya adalah Soewondo, yang biasa keluar masuk Istana karena jadi tukang pijat Gus Dur.

Orang yang dianggap ‘dekat’ dengan orang nomor satu di Indonesia itu berhasil menipu Yayasan Dana Kesejateraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (BULOG) dan dituduh membobol uang yayasan hingga Rp 35 miliar. Soewondo sempat kabur, namun kemudian ditangkap polisi di kawasan Puncak, Jawa Barat. Pengadilan memvonisnya 3,5 tahun penjara. Kasus tersebut sempat menyita perhatian khalayak dan menjadi senjata pamungkas bagi lawan-lawan politik Gus Dur, yang membantah telah memerintahkan pencarian dana itu. Namun, akhirnya Gus Dur lengser juga dari jabatannya gara-gara kasus yang dikenal dengan istilah Buloggate tersebut.


5. Pada masa Presiden Megawati, skandal ‘penipuan’ kembali terjadi. Kali ini yang diperdaya adalah Menteri Agama Kiai Said Agil Almunawar. Menteri yang bergelar profesor dan hafidz Alquran ini memimpin penggalian situs di Batutulis Bogor yang diyakini memendam harta karun yang nilainya dapat untuk membayar seluruh utang negara. Menurut Said Agil, Presiden Megawati mengetahui rencana penggalian situs bersejarah yang konon peninggalan Kerajaan Pajajaran itu. Sayangnya, harta karun yang dicari hanya pepesan kosong. Said Agil sendiri kini masih ditahan dalam kasus tuduhan korupsi uang haji. Moga-moga penghuni Istana yang menjadi lambang kebanggaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia, itu tidak lagi menjadi korban penipuan.

Konspirasi Pembunuhan John F. Kennedy



Sejumlah dokumen dan transkrip pembicaraan tentang rencana pembunuhan Presiden John Fitzgerald Kennedy (JFK) ditemukan. Akankah misteri dan dalang pembunuhan itu terungkap?
Ruby Carousel Club, Dallas, Amerika Serikat (AS), pada 4 Oktober 1963, terjadi sebuah pembicaraan penting soal konspirasi pembunuhan. Jack Ruby selaku pemilik Ruby Carousel Club dan Lee Harvey Oswald berdebat rencana besar untuk “membersihkan” John F Kennedy.

Keduanya berdebat keras dengan kata-kata tajam dan penuh ketegangan.
Lee: Banyak cara untuk membersihkan dia (Jaksa Agung Robert Kennedy) tanpa harus membunuhnya?
Ruby: Bagaimana caranya?
Lee: Saya bisa menembak saudaranya.
Ruby: Maksudmu Tuan Presiden.
Lee: Betul,Tuan Presiden.
Ruby: Namun, tindakan itu tidak patriotik.


Pada pembicaraan yang tegang tersebut Lee menyatakan akan membunuh semua keluarga Kennedy serta membutuhkan senapan dan gedung yang tinggi. Kemudian, dalam pembicaraan itu, Ruby berkata, “Kamu terlalu banyak mengajukan pertanyaan. Ingat, mereka tahu apa yang kamu rencanakan, tapi kamu tidak tahu mereka. Mereka selalu mengawasimu…”.

Sebulan kemudian, tepatnya 22 November 1963, JFK tewas ditembak saat melakukan kunjungan ke Dallas. JFK yang menggunakan mobil Ford Convertible (atap terbuka) itu tewas seketika begitu dua peluru menghantam leher dan kepalanya, saat iring-iringan kendaraannya melintas tepat di depan Texas Scholl Book Depository. Lee Harvey Oswald belakang diduga sebagai pelaku penembakan terhadap JFK.

Sementara itu, Jack Ruby adalah orang yang menembak mati Lee ketika berhasil ditangkap polisi. Kematian Lee yang belum pernah dihadapkan ke pengadilan membuat kematian JFK menjadi misteri. Namun,kini terungkap adanya hubungan antara Lee dan Ruby.

Hal itu setelah ditemukannya dokumen berisi transkrip pembicaraan keduanya. Dokumen penting yang telah tersimpan selama empat dekade di pengadilan Dallas itu ditemukan di antara tumpukan kertas dalam beberapa kardus yang disimpan di lantai 10.

Jaksa Dallas County Craig Watkins menyatakan, dokumen ini bukan termasuk kategori rahasia. Sebab, di dalam kotak itu banyak dokumen berisi transkrip rencana pembunuhan JFK yang dikumpulkan sejak 1963.

“Kami tidak tahu pasti apakah transkrip pembicaraan itu aktual atau tidak. Itu akan menjadi perdebatan di lingkungan masyarakat, apakah itu benar atau tidak, telah terjadi sebuah konspirasi untuk membunuh presiden (JFK),” jelas Watkins.
Selain itu, berdasar pembicaraan antara Lee dan Ruby, terungkap bahwa rencana pembunuhan itu sebenarnya diarahkan kepada saudara JFK, yaitu Robert Kennedy yang menjadi jaksa agung.

Opini berbeda disampaikan Terri Moore, asisten Watkins. Dia menyatakan, transkrip pembicaraan yang telah dimuat pada harian Dallas Morning News itu merupakan bagian dari transkrip film yang dibuat seorang sutradara bernama Henry Wade.

 
Dejuridische | Google | Jadwal Bioskop Terbaru | Wikipedia