Sunday 21 May 2017

Sejarah Singkat Kelahiran Presiden Soekarno

Sejarah Singkat Kelahiran Presiden Soekarno. Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang yang berasal dari Jawa dan masih keturunan Sultan Kediri. Nenek dari Ibu Soekemi adalah pejuang puteri pengikut Pangerang Diponegoro.

Ibunya bernama Idayu Nyoman Rai, berasal dari Bali, keturunan Kasta Brahmana. Selain itu ibunya juga masih memiliki darah bangsawan karena Raja Singaraja yang terakhir adalah pamannya.


Perkawinan antar suku, seperti perkawinan antara Soekemi dengan Idayu, bukanlah peristiwa yang lumrah terjadi pada saat itu. Bagi sebagian masyarakat Jawa di waktu itu, Pulau Bali merupakan tempat yang sangat tidak ingin di kunjungi, karena merupakan tempat pembuangan setan.

Sedangkan bagi orang Bali, pernikahan antar seorang gadis Bali dengan orang asing, tidak diperbolehkan menurut adat. Namun pernikahan ini terjadi juga, sebagai wujud pemberontakan terhadap adat lama yang tidak dapat dipertahankan lagi.

Soekarno merupakan anak kedua dari pernikahan Soekemi Sosrodihardjo dan Idayu Nyoman Rai. Anak pertama dari pasangan ini bernama Sukarmini yang usianya dua tahun lebih tua dari Soekarno. Nama kelahiran Soekarno adalah Kusno. Akan tetapi, karena pada usia kanak-kanak sering sakit-sakitan, namanya diganti menjadi Soekarno. Penggantian nama dari Kusno menjadi Soekarno tidak lepas dari kenyataan bahwa Soekemi yang berlatar belakang Theosofi dan penggemar wayang, sangat kagum dengan tokoh Karna dari kisah Mahabarata karena merupakan tokoh yang setia pada kawan-kawan dan setia kepada keyakinannya, sehingga dengan mengganti nama Kusno menjadi Karna, Soekemi berharap kelak anak lelakinya ini akan menjadi pahlawan yang setia kepada kawan-kawan dan setia kepada keyakinannya, seperti tokoh Karna.

Kelahiran Soekarno tidak lepas dari fenomena Kosmologi yang melingkupinya. Soekarno lahir di permulaan abad yang juga menjadi permulaan bangkitnya negara-negara Asia dan bangkitnya semangat Asia. Secara kosmologis, Ibu Idayu menandai puteranya yang lahir pada saat matahari terbit dengan sebutan Putera Sang Fajar. Menurut kepercayaan yang menjadi tradisi masyarakat Bali, yang di yakini oleh Ibu Idayu, bahwa bayi yang lahir pada terbitnya fajar itu, akan menjadi cahaya bagi bangsanya. Pada satu ketika, saat Soekarno baru berusia beberapa tahun, sambil mendekap bayi Soekarno di dada, Ibu Idayu berkata :
"Engkau sedang memandangi fajar, Nak! Ibu katakan kepadamu, kelak Engkau akan menjadi pemimpin bagi rakyat; karena Ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi, tatkala fajar mulai menyingsing. Kita orang Jawa mempunyai satu kepercayaan bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan Nak, bahwa Engkau ini Putera Sang Fajar".
Kelahiran Soekarno juga bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud, yang menurut kepercayaan orang Jawa, mempunyai makna yang sangat besar. Letusan gunung bagi kepercayaan masyarakat Jawa, bermakna kebangkitan sebuah bangsa. Sementara bagi sebagian orang yang percaya mistik, bahwa letusan Gunung Kelud sebagai penyambutan terhadap bayi Soekarno.

Nenek dari ayahnya (Ibu Pak Soekemi) melihat Soekarno kecil mempunyai daya magis yang dapat menyembuhkan penyakit dan memang kenyataannya. Menurut Soekarno sendiri, daya magis ini mulai hilang pada waktu dia mulai berpidato di depan umum.

Soekarno mempunyai seorang pengasuh bernama Sarinah. Sarinah-lah guru pertama buat Soekarno yang menanamkan rasa cinta kemanusiaan lewat obrolan sambil memasak di dapur. Soekarno kecil merasa senang menyertai Sarinah di dapur dan dalam kesempatan itulah hati nurani Sarinah berbicara kepada Soekarno, seperti tertulis dalam Cindy Adams, antara lain :
"Karno pertama engkau harus mencintai ibumu, juga bapakmu. Kemudian kau harus mencintai pula rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya".
Sementara itu Soekemi menginginkan puteranya ini kelak menjadi pemimpin bagi rakyat. Hal ini diungkapkan pada saat Soekarno masuk sekolah HBS (Hogere Burger School).
"Nak! katanya, maksud ini sudah ada semenjak engkau dilahirkan ke dunia"
Selain kedua orang tuanya yang telah meramalkan dan mempersiapkan Soekarno menjadi pemimpin, ada beberapa tokoh lain yang kelak didalam perkenalan dan hubungannya dengan Soekarno meramalkan kepemimpinan Soekarno di kemudian hari.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain :

  • Dr. Setiabudi (Douwes Dekker) mengemukakan kepada anggota partainya NIP (National Indische Partij):
"Tuan-tuan, saya tidak menghendaki untuk digelari seorang veteran. Sampai saya masuk ke liang kubur. Saya ingin menjadi Pejuang bagi Republik Indonesia. Saya telah berjumpa dengan pemuda Soekarno. Umur saya semakin lanjut dan bilamana datang saatnya saya akan mati, saya sampaikan kepada tuan-tuan, bahwa adalah kehendak saya supaya Soekarno menjadi pengganti saya".
  • Prof. Hartagh, Guru Bahasa Jerman di Technische Hogeree School (THS) yang memimpin kelompok perdebatan, pada suatu pertemuan menyampaikan kepada kedua puluh orang murid secara bersama-sama dan juga secara pribadi kepada Soekarno, bahwa;
"Soekarno kelak akan menjadi seorang pemimpin besar"
  • Cokroaminoto, seorang penganut Islam yang saleh dan pemimpin Serikat Islam, Pada suatu malam yang hujan, berkata kepada seluruh keluarganya dengan kesungguhan hati
"Ikutilah anak ini. Dia diutus Tuhan untuk menjadi pemimpin Besar kita. Aku bangga karena telah memberikan tempat berteduh dirumahku". 

1 comments:

Dayat said...

Dikutip dari buku apa ya?

Post a Comment

 
Dejuridische | Google | Jadwal Bioskop Terbaru | Wikipedia